Minggu, 14 Agustus 2011

VESPA CONGO ATAU KONGO

Vespa congo atau kongo (dalam bahasa Indonesia), adalah vespa penghargaan dari Pemerintah Indonesia yang diberikan kepada kontingen Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia yang di tugaskan di Kongo. Pasukan yang diberi nama Kontingen Garuda tersebut atau di singkat KONGA adalah salah satu pasukan yang sangat diperhitungkan di dunia, dibandingkan dengan pasukan-pasukan Perdamaian dari negara lain.  

Indonesia mulai turut serta mengirim pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB sejak 1957.  Awalnya, saat Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Mesir langsung mengadakan sidang menteri luar negeri. Mesir adalah Salah satu negara yang pertama kali mengakui kedaulatan Indonesia, Mesir datang langsung ke Ibukota Republik Indonesia yang pada saat itu berada di Yogyakarta. Untuk membalas budi Mesir dan Negara-negara Arab lainnya, Presiden Sukarno membalas dengan pembelaan negara-negara Arab di forum internasional dengan mengunjungi Mesir dan Arab Saudi pada 1956 dan Irak pada April 1960.

Pada 1956 itu, ketika Majelis Umum PBB memutuskan menarik mundur pasukan Inggris, Prancis dan Israel dari wilayah Mesir, Indonesia mendukung keputusan itu dan untuk pertama kalinya mengirimkan Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB ke Mesir yang diberi nama Kontingen Garuda I atau KONGA I.

KONGA II dikirim ke Kongo pada 1960 di bawah misi UNOC dengan jumlah pasukan 1.074 orang, bertugas di Kongo September 1960 hingga Mei 1961.

KONGA III dikirim ke Kongo pada 1962 di bawah misi UNOC dengan jumlah pasukan 3.457 orang, terdiri atas Batalyon 531/Raiders, satuan-satuan Kodam II/Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur bantuan tempur, bertugas hingga akhir 1963. Menpangad Letjen TNI Ahmad Yani juga pernah berkunjung ke Markas Pasukan PBB di Kongo (ketika itu bernama Zaire) pada tanggal 19 Mei 1963.
Setelah menyelesaikan tugas perdamaian yang berat, Pasukan Garuda menerima tanda penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia berupa Vespa (sumber lain mengatakan ada juga penghargaan berbentuk uang dan beberapa peti jarum jahit).  Di pasaran diketahui adanya vespa Kongo tahun 1963 untuk kontingen 2 dan 3.  Kurang diketahui apakah kontingen 1 juga mendapatkannya, karena informasi semacam ini tidak mudah didapat.  Yang menarik dan tidak diketahui banyak orang, pemberian vespa tersebut tidak terlepas dari tradisi dalam dunia kemiliteran dalam hal kepangkatan.  Vespa berwarna hijau 150cc ditujukan bagi tentara yang lebih tinggi tingkat kepangkatannya, disusul vespa berwarna kuning dan biru 125cc untuk tingkat kepangkatan yang lebih rendah.
Selain itu guna membedakan vespa tersebut dari vespa lain yang satu tipe, disematkan tanda nomor prajurit yang bersangkutan pada sisi sebelah kiri handlebar (stang), yang berbentuk oval terbuat dari bahan kuningan serta sebuah piagam penghargaan yang menyertainya.  Maka banyak sekali vespa-vespa tersebut berlalulalang di jalan-jalan sehingga vespa dengan pantat bulat tersebut dikenal sebagian masyarakat sebagai vespa Kongo, sementara sebagian lain justru menyamaratakan dengan nama vespa ndog (telur) atau mendol karena bagian samping kanan kirinya bulat mirip telur.
Perlu di ketahui bahwaanya Vespa Congo tidak diproduksi di Italia, melainkan di Jerman.  Dibuat dengan bahan baku plat baja yang lebih keras daripada Vespa bulat umumnya, vespa ini memiliki tingkat kelengkapan yang lebih daripada vespa buatan Italia,  yang umum beredar di Indonesia (VBB1T maupun VBB2T).
Jacob Oswald Hoffmann adalah orang Jerman yang berjasa memasukkan vespa ke Jerman.  Kerjasama vespa dengan Hoffmann putus awal tahun 1955, karena Hoffmann mendesain model sport sendiri.  Kemudian vespa bekerjasama dengan Messerschmitt Co. yang kemudian mengeluarkan produksi vespa pertamanya pada tahun 1955 itu juga. 
Mereka mengeluarkan dua model yaitu Vespa GS, yang di Indonesia sering disebut sebagai GS versi Jerman dan 150 Touren. Mereka juga menyediakan purna jual dan service serta spare part bagi Vespa produksi Hoffmann.  Kerjasama ini berlanjut hingga akhir tahun 1957. Vespa GmbH Augsburg kemudian berdiri pada tahun 1958 sebagai sebuah perusahaan patungan antara Piaggio dan Martial Fane Organisation, kongsi ini kemudian juga menyediakan beberapa bagian bagi Vespa Messerschmitt. Saat kerjasama dengan Augsburg inilah Vespa Congo diorder untuk Indonesia.
Kedua model yang dibuat saat berkongsi dengan Messerchmitt (150 Touren dan GS), kemudian dikembangkan dengan beberapa modifikasi. Selain itu Vespa GmbH Augsburg juga melahirkan Vespa 125 cc yang pertama kali diperkenalkan dalam tahun 1958. Produksi berlanjut hingga tahun 1963, yang merupakan saat puncak perubahan skuter dan diproduksinya yang sudah tidak terlalu banyak. Selanjutnya, Jerman memilih hanya mengimpor Vespa langsung dari Itali.

Ciri Khas yang dimiliki oleh Vespa Congo atau Kongo :
  1. Spakboard bulat tidak ada sambungannya seperti vespa umumnya.
  2. Ring (pelek/teromol) 10 inchi.
  3. Punya tonjolan seperti tombol/saklar di sambungan koplingnya (posisi setang sebelah kiri).
  4. Spidometer kotak & agak besar (berbeda dengan spedometer VNA/VNB).
  5. Ada lambang Garuda di body depan sebelah kiri.
  6. Di atasa spedometer ada lampu kecil seperti lampu cabe.
  7. Nomor mesin diawali dengan kode VGLB.
  8. Pada BPKB tercantum tulisan ex Brigade Garuda III.
source : Piaggio, Scooter, Vespa, Vespa Congo, Vespa Kongo, Motorlama

Sabtu, 13 Agustus 2011

KOLEKSI VESPAKU

SUPER 1976 (SUBICHAN:Super Biru Chayank)
Vespa warna biru orisinil ini vespa pertamaku. Musti nunggu 1 tahun lebih buat ijab sama ni vespa. Selama kurun waktu itu banyak makelar yang nyamperin ke rumah tapi pada gak cocok (ya barangnya, ya harganya wkwkwk). Gak tau kenapa pas seorang sobat nawarin ni vespa aku langsung sreg. Surat-suratnya komplet meski pajak lupa gak dibayar 3 tahun. Setelah nyerahin mahar langsung deh ni vespa diangkut ke rumah (yang bawa si sobat...haha aku belum bisa naik vespa). Waktu pertama datang di rumah langsung dicuci+dipoles, eh gak ngaruh tetep aja kusam??? Langsung dapat komentar dari mantan pacar "Mau di poles 1000X gak bakalan mempan, lha wong korengnya rata gitu!". Cuma 2 hari di rumah langsung dibawa ke bengkel, bedah total untuk liat kondisi mesin. Yang kiranya eror langsung dibenerin/ganti baru. Maklum aku gak ngerti mesin, jadi biar gak rewel saat di jalan. Satu bulan kemudian langsung deh dipake ke Solo rame-rame bareng temen sekampung. Rutenya extrem melewati tanjakan Gunung Lawu yang terkenal curam. Haha namanya juga baru bisa naek vespa, selama ngelewati tanjakan sering salah oper gigi. Alhasil vespa gak jarang malah mundur saat nanjak. Rute yang biasanya kulibas 1.5 jam make Honda Tiger, molor sampe 4 jam karena vespa termen-temen lain sering mogok masal. Tapi perjalan pertama ini bener-bener membuatku jatuh hati sama vespa.
PTS 90cc 1979 (UNYIL)
Vespa jenis ini banyak dibilang orang tidak pantas kunaiki. Yah dengan spek badanku 185cm/70kg skuter ini keliatan mungil banget. Cerita dapatnya sih gak sengaja, waktu itu dapat kabar ada vespa jenis sprint dijual murah dari seorang sobat. Waktu disamperin ternyata tuh sprint kondisinya jauh dari layak dari harga yang ditawarkan. Selagi nolak halus semua rayuan si perantara, eh datang seorang bapak-bapak naek vespa mungil. "Imut" kesan pertama yang melintas dikepala. Iseng kutanya-tanya tentang skuternya eh malah dibilang mo dijual buat biaya sekolah anaknya. Kulirik lagi vespanya, PTS biru orisinil, bodynya yahud meski sedikit kusam. Sang bapak sadar aku tertarik, dihampirinya si PTS digenjotnya tuas stater...langsung terdengar suara halus dari lubang kenalpot mungilnya "Mo nyoba mas?" tawarnya. Tanpa nunggu tawaran kedua langsung deh ku bawa ngacir. Hemm...alus banget naikinnya, suaranya, getarannya...lembut. Sorenya si PTS dah akur ma Subichan di garasi. Sentuhan kecil berupa cat hitam dof, stiker dan pemasangan aksesoris dikerjakan bareng sobat disela-sela waktu kerja. Hasilnya skuter yang irit banget ini jadi kendaraan favorit buat ngopi atau sekedar beli rokok di warung.
SUPER 1979 (KEBO)
Vespa ini kudapat dari seorang sobat yang butuh duit cepet karena kalah judi bola (Hemm... jangan ditiru yah!). Singkat cerita skuter langsung berpindah tangan dengan harga murah. Meski sejenis dengan si Subichan tapi tenaganya beda banget. Karena kurasa lebih perkasa maka kupilih gaya turing sebagai acuan mendandani si Kebo. Rak depan-belakang krom, box bagasi tambahan, matras dan antena kecil dari pipa pancing kupasang untuk menghiasinya. Mesin, tidak lupa nginap dulu 3 hari dibengkel untuk sekedar dicek kelayakannya. Seminggu setelah keluar dari dari bengkel untuk sekedar servis langsung kupakai solo ride  Magetan- Banjarnegara. Mantab tenaganya, meski beberapa kali mengalami trouble di jalan. Alhamdulillah meski cuma berbekal nekat dan secuil pengetahuan tentang mesin bisa juga melaju pulang dari Banjarnegara meski cuma sampai di Magelang. Yah dalam perjalanan pulang ke Magetan si Kebo mengalami trouble yang tidak bisa kutangani saat menginjak kota Magelang. Haha kepaksa pulang naik bus karena kerjaan menuntut untuk segera sampai rumah. Nasib si Kebo..., 3 bulan kemudian baru dijemput pake roda 4 wkwkwk.
PX 1979 (just PX)  
Saat sedang turing di Kediri bareng sobat Madiun yang naik vespa jenis PX, si Subichan susah ngejarnya. Maka kepikir buat nyari skuter sejenis kalau ada duit lebih. Eh sepulang dari kediri dapat kabar dari orang rumah bahwa seorang PX rider yang juga tukang sol sepatu beberapa kali nyariin aku. Ternyata dia niat buat jual PXnya ke aku (koq kebetulan banget ya pas pengen ada yang nawarin). Karena lagi gak punya duit sebanyak yang dia minta, iseng aja ku tawar buat dicicil belinya. Hahaha dikasih ternyata dengan perjanjian diangsur 4X. Niy PX pajaknya baru dibayar 1 minggu waktu kubawa pulang, jadi lumayan gak perlu keluar biaya legalisasi jalan. Maklum eks tukang sol, aksesoris yang nempel berbau sepatu mulu. Dari mulai hiasan-hiasan kecil sampe stiker semua ada merk sepatunya. Langsung ditumpas tuh sepatu style, jok diganti pake model one piece punya spartan, lampu sein yang sempet koma diidupin, lampu depan diganti baru. Yang paling kusuka adalah suara dan getaran mesin yang halus, soal tenaga T.O.P deh namanya juga PX. Karena lampunya yang benderang ni PX jadi favorit buat jalan malam.
SPRINT 1976
Haha maksa banget aku buat dapatin ni vespa. Gara-gara sering browsing nyari gambar-gambar vespa, ku kepincut sama vespa jenis Sprint Veloce. Lampu bulatnya yang gedhe keliatan gagah banget. Kabarnya sih si Veloce jadi favorit para scooterist bule.  Hasil spek down vespa GS ini katanya paling cocok buat mereka yang badannya diatas rata-rata. Tapi setelah cek harganya ternyata mahal (pernah ditawarin 8 juta sama juragan vespa asal Magelang). Kepikir deh buat nebus Sprint biasa, tinggal diganti lampu dah serasa Veloce. Keinginanku ini ku curhatin ke mas bengkeler langganan saat lagi servis si PX. Eh sekitar 1 minggu setelah sesi curhat tersebut, tiba-tiba si mas bengkeler nyamperin aku ke tempat kerja. Dia naik Sprint merah putih, "niy bayarin deh, katanya pengen Sprint" tawarnya. Wiks!!! Si PX aja baru 1 minggu lunas, kas masih kosong. Setelah nyoba tuh Sprint, wow tenaganya gak kalah sama PX, bodynya juga masih bagus meski ada beberapa lecet. Langsung jatuh hati deh wkwkwk. Berhubung lagi gak punya duit kutawar aja semurah-murahnya. Eh setelah mas bengkeler sms ke yang punya, ternyata dikasih juga (tapi musti cash). Nah khan malah bingung, dibayar pake apa niy!? Akhirnya nguras dompet, yang cuma ada 2 lembar seratus ribuan. "Niy bawa aja buat DP, ntar Senin ku ambilin duit di bank" kebetulan saat itu hari Sabtu, bank gak buka khan. Hahaha padahal gak ada tabungan sama sekali di bank. Malamnya gerilya deh ke beberapa sobat nyari utangan. Alhamdulillah hari Senin bisa bayarin deh tuh Sprint. Proses mendandani Sprint ini banyak banget dapat bantuan dari sobat-sobat baikku. Rak belakang dapat gratis dari mas bengkeler dalam kondisi masih bagus banget (makasih Kang). Lampu tengkorak belakang, spion dan spidometer juga dapat dari sobat yang nitip pesen "Ntar kalau kamu dah ada duit baru dibayar deh" hehehe.
Sebenernya ada 1 lagi jenis vespa incaran, yaitu vespa ndok dengan body dan lampunya yang bulet.Dan anehnya setelah punya keinginan itu ada yang nawarin dalam kondisi surat komplet cuma 3.5 juta. Tapi yang ini musti di rem dulu, bukan apa-apa punya lima vespa saja ternyata susah juga ngerawatnya. Garasi dah gak muat lagi, bahkan sebagian harus bermalam di teras. Jadi puasa dulu deh beli vespanya nikmati dulu naik yang ada. I Love Vespa.