Minggu, 14 Agustus 2011

VESPA CONGO ATAU KONGO

Vespa congo atau kongo (dalam bahasa Indonesia), adalah vespa penghargaan dari Pemerintah Indonesia yang diberikan kepada kontingen Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia yang di tugaskan di Kongo. Pasukan yang diberi nama Kontingen Garuda tersebut atau di singkat KONGA adalah salah satu pasukan yang sangat diperhitungkan di dunia, dibandingkan dengan pasukan-pasukan Perdamaian dari negara lain.  

Indonesia mulai turut serta mengirim pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB sejak 1957.  Awalnya, saat Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Mesir langsung mengadakan sidang menteri luar negeri. Mesir adalah Salah satu negara yang pertama kali mengakui kedaulatan Indonesia, Mesir datang langsung ke Ibukota Republik Indonesia yang pada saat itu berada di Yogyakarta. Untuk membalas budi Mesir dan Negara-negara Arab lainnya, Presiden Sukarno membalas dengan pembelaan negara-negara Arab di forum internasional dengan mengunjungi Mesir dan Arab Saudi pada 1956 dan Irak pada April 1960.

Pada 1956 itu, ketika Majelis Umum PBB memutuskan menarik mundur pasukan Inggris, Prancis dan Israel dari wilayah Mesir, Indonesia mendukung keputusan itu dan untuk pertama kalinya mengirimkan Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB ke Mesir yang diberi nama Kontingen Garuda I atau KONGA I.

KONGA II dikirim ke Kongo pada 1960 di bawah misi UNOC dengan jumlah pasukan 1.074 orang, bertugas di Kongo September 1960 hingga Mei 1961.

KONGA III dikirim ke Kongo pada 1962 di bawah misi UNOC dengan jumlah pasukan 3.457 orang, terdiri atas Batalyon 531/Raiders, satuan-satuan Kodam II/Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur bantuan tempur, bertugas hingga akhir 1963. Menpangad Letjen TNI Ahmad Yani juga pernah berkunjung ke Markas Pasukan PBB di Kongo (ketika itu bernama Zaire) pada tanggal 19 Mei 1963.
Setelah menyelesaikan tugas perdamaian yang berat, Pasukan Garuda menerima tanda penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia berupa Vespa (sumber lain mengatakan ada juga penghargaan berbentuk uang dan beberapa peti jarum jahit).  Di pasaran diketahui adanya vespa Kongo tahun 1963 untuk kontingen 2 dan 3.  Kurang diketahui apakah kontingen 1 juga mendapatkannya, karena informasi semacam ini tidak mudah didapat.  Yang menarik dan tidak diketahui banyak orang, pemberian vespa tersebut tidak terlepas dari tradisi dalam dunia kemiliteran dalam hal kepangkatan.  Vespa berwarna hijau 150cc ditujukan bagi tentara yang lebih tinggi tingkat kepangkatannya, disusul vespa berwarna kuning dan biru 125cc untuk tingkat kepangkatan yang lebih rendah.
Selain itu guna membedakan vespa tersebut dari vespa lain yang satu tipe, disematkan tanda nomor prajurit yang bersangkutan pada sisi sebelah kiri handlebar (stang), yang berbentuk oval terbuat dari bahan kuningan serta sebuah piagam penghargaan yang menyertainya.  Maka banyak sekali vespa-vespa tersebut berlalulalang di jalan-jalan sehingga vespa dengan pantat bulat tersebut dikenal sebagian masyarakat sebagai vespa Kongo, sementara sebagian lain justru menyamaratakan dengan nama vespa ndog (telur) atau mendol karena bagian samping kanan kirinya bulat mirip telur.
Perlu di ketahui bahwaanya Vespa Congo tidak diproduksi di Italia, melainkan di Jerman.  Dibuat dengan bahan baku plat baja yang lebih keras daripada Vespa bulat umumnya, vespa ini memiliki tingkat kelengkapan yang lebih daripada vespa buatan Italia,  yang umum beredar di Indonesia (VBB1T maupun VBB2T).
Jacob Oswald Hoffmann adalah orang Jerman yang berjasa memasukkan vespa ke Jerman.  Kerjasama vespa dengan Hoffmann putus awal tahun 1955, karena Hoffmann mendesain model sport sendiri.  Kemudian vespa bekerjasama dengan Messerschmitt Co. yang kemudian mengeluarkan produksi vespa pertamanya pada tahun 1955 itu juga. 
Mereka mengeluarkan dua model yaitu Vespa GS, yang di Indonesia sering disebut sebagai GS versi Jerman dan 150 Touren. Mereka juga menyediakan purna jual dan service serta spare part bagi Vespa produksi Hoffmann.  Kerjasama ini berlanjut hingga akhir tahun 1957. Vespa GmbH Augsburg kemudian berdiri pada tahun 1958 sebagai sebuah perusahaan patungan antara Piaggio dan Martial Fane Organisation, kongsi ini kemudian juga menyediakan beberapa bagian bagi Vespa Messerschmitt. Saat kerjasama dengan Augsburg inilah Vespa Congo diorder untuk Indonesia.
Kedua model yang dibuat saat berkongsi dengan Messerchmitt (150 Touren dan GS), kemudian dikembangkan dengan beberapa modifikasi. Selain itu Vespa GmbH Augsburg juga melahirkan Vespa 125 cc yang pertama kali diperkenalkan dalam tahun 1958. Produksi berlanjut hingga tahun 1963, yang merupakan saat puncak perubahan skuter dan diproduksinya yang sudah tidak terlalu banyak. Selanjutnya, Jerman memilih hanya mengimpor Vespa langsung dari Itali.

Ciri Khas yang dimiliki oleh Vespa Congo atau Kongo :
  1. Spakboard bulat tidak ada sambungannya seperti vespa umumnya.
  2. Ring (pelek/teromol) 10 inchi.
  3. Punya tonjolan seperti tombol/saklar di sambungan koplingnya (posisi setang sebelah kiri).
  4. Spidometer kotak & agak besar (berbeda dengan spedometer VNA/VNB).
  5. Ada lambang Garuda di body depan sebelah kiri.
  6. Di atasa spedometer ada lampu kecil seperti lampu cabe.
  7. Nomor mesin diawali dengan kode VGLB.
  8. Pada BPKB tercantum tulisan ex Brigade Garuda III.
source : Piaggio, Scooter, Vespa, Vespa Congo, Vespa Kongo, Motorlama

Sabtu, 13 Agustus 2011

KOLEKSI VESPAKU

SUPER 1976 (SUBICHAN:Super Biru Chayank)
Vespa warna biru orisinil ini vespa pertamaku. Musti nunggu 1 tahun lebih buat ijab sama ni vespa. Selama kurun waktu itu banyak makelar yang nyamperin ke rumah tapi pada gak cocok (ya barangnya, ya harganya wkwkwk). Gak tau kenapa pas seorang sobat nawarin ni vespa aku langsung sreg. Surat-suratnya komplet meski pajak lupa gak dibayar 3 tahun. Setelah nyerahin mahar langsung deh ni vespa diangkut ke rumah (yang bawa si sobat...haha aku belum bisa naik vespa). Waktu pertama datang di rumah langsung dicuci+dipoles, eh gak ngaruh tetep aja kusam??? Langsung dapat komentar dari mantan pacar "Mau di poles 1000X gak bakalan mempan, lha wong korengnya rata gitu!". Cuma 2 hari di rumah langsung dibawa ke bengkel, bedah total untuk liat kondisi mesin. Yang kiranya eror langsung dibenerin/ganti baru. Maklum aku gak ngerti mesin, jadi biar gak rewel saat di jalan. Satu bulan kemudian langsung deh dipake ke Solo rame-rame bareng temen sekampung. Rutenya extrem melewati tanjakan Gunung Lawu yang terkenal curam. Haha namanya juga baru bisa naek vespa, selama ngelewati tanjakan sering salah oper gigi. Alhasil vespa gak jarang malah mundur saat nanjak. Rute yang biasanya kulibas 1.5 jam make Honda Tiger, molor sampe 4 jam karena vespa termen-temen lain sering mogok masal. Tapi perjalan pertama ini bener-bener membuatku jatuh hati sama vespa.
PTS 90cc 1979 (UNYIL)
Vespa jenis ini banyak dibilang orang tidak pantas kunaiki. Yah dengan spek badanku 185cm/70kg skuter ini keliatan mungil banget. Cerita dapatnya sih gak sengaja, waktu itu dapat kabar ada vespa jenis sprint dijual murah dari seorang sobat. Waktu disamperin ternyata tuh sprint kondisinya jauh dari layak dari harga yang ditawarkan. Selagi nolak halus semua rayuan si perantara, eh datang seorang bapak-bapak naek vespa mungil. "Imut" kesan pertama yang melintas dikepala. Iseng kutanya-tanya tentang skuternya eh malah dibilang mo dijual buat biaya sekolah anaknya. Kulirik lagi vespanya, PTS biru orisinil, bodynya yahud meski sedikit kusam. Sang bapak sadar aku tertarik, dihampirinya si PTS digenjotnya tuas stater...langsung terdengar suara halus dari lubang kenalpot mungilnya "Mo nyoba mas?" tawarnya. Tanpa nunggu tawaran kedua langsung deh ku bawa ngacir. Hemm...alus banget naikinnya, suaranya, getarannya...lembut. Sorenya si PTS dah akur ma Subichan di garasi. Sentuhan kecil berupa cat hitam dof, stiker dan pemasangan aksesoris dikerjakan bareng sobat disela-sela waktu kerja. Hasilnya skuter yang irit banget ini jadi kendaraan favorit buat ngopi atau sekedar beli rokok di warung.
SUPER 1979 (KEBO)
Vespa ini kudapat dari seorang sobat yang butuh duit cepet karena kalah judi bola (Hemm... jangan ditiru yah!). Singkat cerita skuter langsung berpindah tangan dengan harga murah. Meski sejenis dengan si Subichan tapi tenaganya beda banget. Karena kurasa lebih perkasa maka kupilih gaya turing sebagai acuan mendandani si Kebo. Rak depan-belakang krom, box bagasi tambahan, matras dan antena kecil dari pipa pancing kupasang untuk menghiasinya. Mesin, tidak lupa nginap dulu 3 hari dibengkel untuk sekedar dicek kelayakannya. Seminggu setelah keluar dari dari bengkel untuk sekedar servis langsung kupakai solo ride  Magetan- Banjarnegara. Mantab tenaganya, meski beberapa kali mengalami trouble di jalan. Alhamdulillah meski cuma berbekal nekat dan secuil pengetahuan tentang mesin bisa juga melaju pulang dari Banjarnegara meski cuma sampai di Magelang. Yah dalam perjalanan pulang ke Magetan si Kebo mengalami trouble yang tidak bisa kutangani saat menginjak kota Magelang. Haha kepaksa pulang naik bus karena kerjaan menuntut untuk segera sampai rumah. Nasib si Kebo..., 3 bulan kemudian baru dijemput pake roda 4 wkwkwk.
PX 1979 (just PX)  
Saat sedang turing di Kediri bareng sobat Madiun yang naik vespa jenis PX, si Subichan susah ngejarnya. Maka kepikir buat nyari skuter sejenis kalau ada duit lebih. Eh sepulang dari kediri dapat kabar dari orang rumah bahwa seorang PX rider yang juga tukang sol sepatu beberapa kali nyariin aku. Ternyata dia niat buat jual PXnya ke aku (koq kebetulan banget ya pas pengen ada yang nawarin). Karena lagi gak punya duit sebanyak yang dia minta, iseng aja ku tawar buat dicicil belinya. Hahaha dikasih ternyata dengan perjanjian diangsur 4X. Niy PX pajaknya baru dibayar 1 minggu waktu kubawa pulang, jadi lumayan gak perlu keluar biaya legalisasi jalan. Maklum eks tukang sol, aksesoris yang nempel berbau sepatu mulu. Dari mulai hiasan-hiasan kecil sampe stiker semua ada merk sepatunya. Langsung ditumpas tuh sepatu style, jok diganti pake model one piece punya spartan, lampu sein yang sempet koma diidupin, lampu depan diganti baru. Yang paling kusuka adalah suara dan getaran mesin yang halus, soal tenaga T.O.P deh namanya juga PX. Karena lampunya yang benderang ni PX jadi favorit buat jalan malam.
SPRINT 1976
Haha maksa banget aku buat dapatin ni vespa. Gara-gara sering browsing nyari gambar-gambar vespa, ku kepincut sama vespa jenis Sprint Veloce. Lampu bulatnya yang gedhe keliatan gagah banget. Kabarnya sih si Veloce jadi favorit para scooterist bule.  Hasil spek down vespa GS ini katanya paling cocok buat mereka yang badannya diatas rata-rata. Tapi setelah cek harganya ternyata mahal (pernah ditawarin 8 juta sama juragan vespa asal Magelang). Kepikir deh buat nebus Sprint biasa, tinggal diganti lampu dah serasa Veloce. Keinginanku ini ku curhatin ke mas bengkeler langganan saat lagi servis si PX. Eh sekitar 1 minggu setelah sesi curhat tersebut, tiba-tiba si mas bengkeler nyamperin aku ke tempat kerja. Dia naik Sprint merah putih, "niy bayarin deh, katanya pengen Sprint" tawarnya. Wiks!!! Si PX aja baru 1 minggu lunas, kas masih kosong. Setelah nyoba tuh Sprint, wow tenaganya gak kalah sama PX, bodynya juga masih bagus meski ada beberapa lecet. Langsung jatuh hati deh wkwkwk. Berhubung lagi gak punya duit kutawar aja semurah-murahnya. Eh setelah mas bengkeler sms ke yang punya, ternyata dikasih juga (tapi musti cash). Nah khan malah bingung, dibayar pake apa niy!? Akhirnya nguras dompet, yang cuma ada 2 lembar seratus ribuan. "Niy bawa aja buat DP, ntar Senin ku ambilin duit di bank" kebetulan saat itu hari Sabtu, bank gak buka khan. Hahaha padahal gak ada tabungan sama sekali di bank. Malamnya gerilya deh ke beberapa sobat nyari utangan. Alhamdulillah hari Senin bisa bayarin deh tuh Sprint. Proses mendandani Sprint ini banyak banget dapat bantuan dari sobat-sobat baikku. Rak belakang dapat gratis dari mas bengkeler dalam kondisi masih bagus banget (makasih Kang). Lampu tengkorak belakang, spion dan spidometer juga dapat dari sobat yang nitip pesen "Ntar kalau kamu dah ada duit baru dibayar deh" hehehe.
Sebenernya ada 1 lagi jenis vespa incaran, yaitu vespa ndok dengan body dan lampunya yang bulet.Dan anehnya setelah punya keinginan itu ada yang nawarin dalam kondisi surat komplet cuma 3.5 juta. Tapi yang ini musti di rem dulu, bukan apa-apa punya lima vespa saja ternyata susah juga ngerawatnya. Garasi dah gak muat lagi, bahkan sebagian harus bermalam di teras. Jadi puasa dulu deh beli vespanya nikmati dulu naik yang ada. I Love Vespa.  

Minggu, 31 Juli 2011

Aku Dan Kuda Besi

Baru aja ada seorang sobat lama yang maen ke rumah, kamipun ngobrolin masa-masa muda dulu. Waktu itu lagi bandel-bandelnya naik motor. Mumpung masih kebawa suasana sekalian kuposting nostalgia bareng kuda besi. Dimulai dari :
Yamaha Alfa 1994
 
Masih inget baget saat kelas 2 smp di rumah ada 2 motor. Honda Astrea 1995 punya bapak dan Yamaha Alfa 1994 merah jatah kakak. Suatu sore ku todong kakak yang baru pulang naek motor, ku bawa muter-muter itu Alfa merah. Wkwkwk padahal itu pertama kali aku naek motor, dan alhamdulillah tidak terjadi sesuatu yang merugikanku…kecuali ayam tetangga yang sukses kulindas (salah sendiri maen di jalan plus diklakson gak mau minggir).
Yamaha Alfa 1996
Niy motor bandel banget, tapi dasar masih bocah g kerawat deh. Perasaan ku gak pernah ngisi oli samping deh, apalagi servis hahaha yang penting ngebut (mungkin bapak yang ngrawat saat itu). Pake niy motor pula pertama kali aku menggelepar di jalan.
Yamaha Cripton 1997
Gara-gara nyungsep itu ahirnya musti say good bye ma Alfa. Gantinya Yamaha Crypton 1997 hitam yang juga ga berumur lama gara-gara tabrakan saat ikut balapan di jalan deket sekolah.
Honda GL-Pro 1995
Niy motor belinya bekas, gara-gara aku rewel minta Honda Tiger mulu…hahaha koq dapatnya GL-Pro ya??? Gak tau kenapa ni motor susah banget ngidupinnya (gak ada electric stater) tapi memang swear berat banget ngayuh stater kakinya. Sampe-sampe sandalku pernah mental ke atas genteng gara-gara tendangan balik hasil kayuhanku yang dasyat. Nasibnya tragis cuma 1 minggu nongkrong di garasi.
Suzuki Shogun 1998

 
Bebek lagi…hem ini motor pertama yang aku modalin. Cat mungkin dah aku ganti warna sampe 5 kali. Warna aslinya ijo, pernah ganti item, silver, oranye, biru Telkom dan balik item lagi (tapi semua di atas body baru imitasi). Gas pake merk Magura, knalpot ada model racing merk tom cat dan konic. Suaranya mantab, apa lagi kalo glasswoolnya habis wkwkwk. Pelek ganti pake alumunium merk TK warna emas. Mesin standar di simpen gantinya beli yang dah di modifikasi pake kopling manual komplet dengan jeroan dan karburator yang kata  penjualnya dah spek racing. Foot step ganti model racing. Gimana rasanya naek….capek banget karena stang ikut di turunin pake las. Tapi kalo larinya jangan ditanya deh sering menang kalo turun di balapan liar, meski yang naek bukan aku.
Yamaha L2S
Niy motor “tukang sayur”, tukang sayur dulu naeknya motor beginian ga kayak sekarang yang pada naek Mega Pro atau malah Tiger Revo. Dulu beli niy motor rencana buat dipake kuliah, gara-gara maraknya maling motor. Tapi ga tahan, masak di kampus dengan banyak cewek cantik malah bawa motor butut. Nekat deh bawa shogun racing, alhamduillah aman-aman saja.
Honda Mega Pro 2000
 
Ni motor sebenernya hadiah karena berhasil lolos UMPTN (kalo sekarang SMPTN) dan niat awal saat pergi ke dealer Honda adalah mo ambil Tiger, tapi ternyata harus inden 1bulan. Dah gak sabar akhirnya bawa pulang tuh Mega Pro item yang jadi display. Cukup lama ku naek ni motor, dah sering muter-muter daerah jawa tengah bareng beberapa kecengan (hehe…asoy). Yang bikin bangga adalah niy motor pernah ngagetin “Dewi Sandra” dan “Bernart Antolin” karena kedubrak tepat di samping mereka saat ada acara yang di sponsori “Clear” di kampus wkwkwk. Penilaian tentang ni motor adalan : Nyaman buat jaran dekat dan jauh (mungkin karena stangnya yang tinggi dan footstep yang datar sehingga posisi duduk tidak membungkuk). Konsumsi bensin iritm dan harga spare part murah.
Honda Tiger Penguras Tabungan
Tahun 2004 akhirnya dapat deh motor idaman. Ya… Honda Tiger warna hitam. Hari kedua ditangan langsung knalpot pake yang gedhe (merk Konic), pelek pake Okinawa  17” tapak lebar dengan ban tubeless 110/17-130/17. Bulan depannya pasang monoshock, lalu cakram belakang. Mesing di lobangi untuk masang oil cooler. Lampu depan ganti punya RX-King, lalu ganti lagi pake Sonic, lalu model alien. Stang ada model jepit, trail juga (lupa merknya), box belakang buat turung juga ada 2 biji, engine cover ganti sampe 3 kali, pernah pake fairing juga. Buntut pernah ganti model RCV juga. Pelek bosen beli lagi yang lebih lebar. UWA…habis-habisan deh tiap punya duit cuma buat ngurusin Tiger. Mana perawatan dan harga spare partnya muahal. Mantan pacar juga suka ngambek karena sering telat apel gara-gara kelamaan moles Tiger. Pernah mantan pacar manyun selama makan malam, gara-gara aku jemput jalan kaki (Tiger baru dimandiin dan dipoles hampir 2jam, tau-tau hujan deras turun).
Suzuki Skywave 2008

Akhirnya pada 2008 dilego deh tuh Tiger. Gantinya “Skywave 2008” matic keluaran Suzuki warna merah. Yang bikin suka, joknya lebar dan panjang+bagasinya yang bisa muat helm. Modelnya juga paling cantik diantara matic lain (penilaian pribadi saat itu). Ni motor sampe sekarang gak diapa-apain, orisinil..nil..nil.
Honda GL-Pro 1994
Ni motor plat nomornya jauh banget, KT alias dari Kalimantan Timur. Pertama datang kondisi mengenaskan. Pelek peang, body gak komplit, larinya pernah diasapi kakek-kakek pake Suzuki peot bawa kayu bakar di jok belakang. Mulai deh restorasi, body yang ilang diganti baru, yang kusam dipoles sampe kinclong. Pelek, ban dan shock belakang make sisa peninggalan Tiger. Mesin dibelah yang renta diganti baru. Hasilnya nyaman plus gak bikin malu di jalan.
VESPA

Tahun 2008 awal perkenalanku dengan vespa. Awalnya cuma iseng, pas ada duit (biasanya duit ludes buat Tiger) ada temen yang nawarin vespa super 1976. Hahaha parah rem gak ada, body korengan semua, lampu-lampu jangan ditanya ga ada yang normal. Mana aku belum pernah naik vespa sama sekali sebelumnya. Alhasil 2jam setelah berpindah tangan, aku nambah koreng di kempol kiri karena nabrak tong di pertigaan depan kantor polisi. “Remnya gak pakem pak!” teriakku saat seorang polisi keluar dari kantor. Ajaibnya setelah liat tungganganku, tuh polisi masuk ke dalam lagi??? “Motor sakti” pikirku saat itu. Setelah beberapa kali masuk bengkel aku mulai menikmati naik vespa. Gak perlu maksa ngebut (orang pasti maklum, khan motor tua nyantai aja bawanya). Selain nyaman, ternyata ada satu hal yang membedakan pengendara vespa dengan motor-motor merk lain. Sifat persaudaraan yang sangat kuat kurasaskan dari mereka. Aku yang buta dengan mesin vespa sering dibantu saat mengalami masalah di jalan. Bahkan saat bertemu aku selalu mendapat sapaan dari sesama pengendara vespa. Akhirnya aku sering bergabung dengan komunitas pengendara vespa di kotaku, dan mendapat banyak teman dan pengalaman baru yang mengasyikkan. Saat sempat aku selalu mengikuti event-event vespa di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain si Super 1976 sekarang ada Super 1979, PTS 90cc 1979, PX 1979 dan Sprint 1976 di garasi. Semua dalam kondisi laik jalan karena rajin ku servis di bengkel langganan tiap 3 bulan. Dan biaya perawatan ke lima vespaku lebih murah dari biaya ngrawat si Tiger. Meski tidak bisa mengendarai mereka semua setiap hari, puas rasanya bisa melihat mereka saat pulang kerja di malam hari.
Hahaha…masa depan memang tidak pernah bisa ditebak, tidak pernah terbayang akan melabuhkan cinta pada kuda besi berjenis vespa. Entah apa lagi kejutan yang menunggu di depan? Semoga sesuatu yang terbaik untukku, amin. 

NB: Karena tidak mempunya foto dari beberapa motor, maka terpaksa majang punya tetangga hahaha...   

Sabtu, 30 Juli 2011

Yamaha RZR Ada Kali Bro…


Minggu kemaren maen di bengkel “KAMTOCH” (yang punya bengkel namanya Kamto biar rada keren namanya dimodif dikit hehe…), ternyata disana sedang ada pasien motor sport Yamaha yang lama gak kulihat. Sebuah Yamaha RZR warna merah bata (kayaknya ni make cat kaleng yang harga 18 ribuan itu deh) dengan kondisi mengenaskan. Selain cat yang senada ma sandal jepit kesayangan kesayanganku, mesinnya basah (bukan karena habis dicuci tapi olinya rata di semua bagian). “To sungai belakang airnya ngalir gak, kebelet niy?” tanyaku pada Kamto. “Ngalir tapi kamu ambil tempat di bawah pohon mangga tuh, yang laen dah ada yang nempati” tunjuk Kamto pada pohon mangga di tikungan sungai, agak jauh dari bengkel. Haha… boker di kali aja juga musti ngantri. Setelah 15 menit lega deh perutku, jalan lagi ke bengkel Kamtoch. Eh ternyata tuh RZR dah dibawa pulang ma yang punya. Belum sempat ngobrol ma Kamto, datang bro salah satu dedengkot vespa yang doyan banget sama motor 2tak. Karena bengkel lagi sepi ngobrol deh kami bertiga. Pembicaraan ku awali seputar motor yang baru ditangani Kamto. “Tadi RZRnya kenapa To?” tanyaku. Belum sempat Kamto menjawab si bro memotong “RZR…apa tuh Om?”. “RZR tuh motor sport 2tak jadul keluaran Yamaha yang pake fairing” jawabku. “Heh…modelnya kayak apa, RXZ kali maksud Om?” timpal si bro. “Bukan, niy tadi RZR fairingnya full beda ma RXZ yang Cuma pake kedok lampu dan engine cover” ngototku. “Memang Yamaha ngeluarin motor kayak gitu yah? Belum pernah liat aku” si bro malah gak percaya. Kamto….”Wah gak tau juga kalo namanya, gak ada tulisannya tadi”. Wah.wah..mereka koq bisa gak tau sama salah satu motor sport yang pernah melegenda di awal 90’an ini ya. So ni tulisan untuk mengingatkan bahwa Yamaha pernah mengeluarkan type sport 2tak RZR.
Ni fotonya

Ini adalah motor sport kelas ringan produk lokal dari PT.YMKI yang diproduksi pada awal hingga ahir 90’an. Desain yang dilengkapi full fairing memanjakan minat kawula muda yang gandrung sama tontonan GP. Yup RZR 135, meski memiliki desain mesin mirip dengan sesepuhnya yakni Yamaha RX-King 135, tapi memiliki karakteristik yang sangat berbeda. Jika RX-King mempunyai keunggulan diakselerasi yang spontan, RZR mempunyai power di top speed, hal itu dikarenakan perbedaan konstruksi gigi rasio yang ada pada kedua motor tersebut.
Yamaha RZR lahir lebih muda sekitar 4 tahun dari sang kakak Yamaha RXZ dengan kapasitas mesin dan jeroan yang hamper sama. Pada masanya kedua model sport ini lumayan laku di pasaran, meski masih dibawah bayang-bayang RX-King (mungkin karena niy motor gak selincah RX-King kalo dipake nyopet…haha just a joke). Ini ni teknologi yang diaplikasi pada motor RZR maupun RXZ:
▪ Engine: 2-stroke 135cc air-cooled engine
 ▪ Cylinder arrangement: Forward-inclined single cylinder
 ▪ Displacement: 133 cc
 ▪ Max power: 20 PS (15 kW) @ 8,500 rpm
 ▪ Max torque: 1.85 kgf·m (18.1 N·m) @ 7,500 rpm
 ▪ Max speed: 165 km/h
 ▪ Bore x stroke: 56.0 x 54.0 mm
 ▪ Compression ratio: 7*: 1
 ▪ Carburetion: Mikuni VM26
 ▪ Transmission: 6-speed return
 ▪ Clutch: Multiple-disc, wet manual
 ▪ Frame Type: Underbone steel tube
 ▪ Suspension (Front): Telescopic
 ▪ Suspension (Rear): Dual shock
 ▪ Brake (Front): Single-piston disc
 ▪ Brake (Rear): Drum
 ▪ Dry weight: 106 kg
 ▪ Fuel Tank Capacity: 13.0L
Meski shock belakang masih menganut system dual tapi dilengkapi system pengontrol rebound gas bertabung. Kata beberapa pengguna ni motor sanggup digeber hingga 140kph bahkan lebih dalam kondisi mesin standar pabrik. Tapi bahkan seingat saya pada tabloid motor langganan waktu masih muda dulu (haha…sekarang dah rada tua) jarang banget liputan tentang ni motor dipake balap.
Kalau dilihat jaman sekarang memang bentuk fairing RZR kelihatan kuno, tapi pada awal kemunculannya motor ini sempat membuat cemburu pengguna Suzuki RGR yang masih memakai fairing semi telanjang. Bahkan pada 1996 saat diadakan World GP di sentul Yamaha RZR 135 juga sempat dijual dengan grafis special edition yang mempunyai motif hampir menyerupai grafis Yamaha Marlboro Racing.

Selain Indonesia, Yamaha RZR juga diproduksi di Taiwan, Malaysia, singapura dan Thailand dengan spek yang hampir sama.  

Kalau yang ini RZR versi 250cc bro, mantap ya? 
Senasib dengan motor 2tak lain pelan tapi pasti keberadaan RZR tersudut oleh produk-produk bermesin 4 langkah. Akhirnya pada 1997 PT.YMKI menghentikan produksi RZR 135, dan untuk generasi baru mungkin memang tidak tahu akan motor type ini.

“Aku juga generasi baru Om, taunya motor kayak gini!”

 

Download Komik Slam Dunk 1-31 (komplet)


Slam Dunk, sebuah komik karya Inoue Takehiko yang pernah menginspirasi saya dalam bermain bola basket. Bahkan konon sejak kemunculannya, makin banyak remaja Jepang yang menggemari olah raga bola basket. Menurutku ini merupakan salah satu komik sport terbaik sepanjang masa. Dibanding komik dengan tema sama seperti Harlem Beat maupun Air Jordan, alur cerita terasa realistis meski endingnya menggantung. Tapi justru akhir cerita seperti ini yang menurutku menarik, karena pembaca bebas berimajinasi akan apa yang terjadi kemudian pada para tokoh utama. Soal gambar tidak perlu diragukan, aku kasih 4 jempol deh buat Mbah Inoue.
Komik ini berkisah tentang Hanamichi Sakuragi, seorang siswa baru di SMU Shohoku yang sewaktu SMP pernah ditolak oleh 50 orang gadis. DI Shohoku dia bertemu dengan Haruko, gadis yang membuatnya bergabung dengan tim basket. Di tim basket Shohoku Sakuragi berlatih keras dibawah bimbingan kapten Akagi demi mendapat perhatian Haruko. Sementara Haruko sendiri sebenarnya mengidolakan Rukawa Kaede, seorang siswa baru pula di Shohoku yang sudah terkenal kemampuan bermain bola basketnya. Rukawa akhirnya menjadi rival utama Sakuragi di lapangan basket, yang membuatnya menguasai permainan basket dengan sangat pesat. Bersama timnya Sakuragi berjuang keras untuk kejuaraan nasional. Kelanjutannya…mending baca sendiri biar seru hehe. Pengen tau aksi konyol Sakuragi gak perlu repot ke rental buku atau ngubek toko buku bekas, download aja manganya ke pc/notebook kamu. Kebetulan yang kudapat yang versi bahasa Inggris jadi sekalian belajar bahasa bule deh. Ni link yang nyediain download manga tersebut :


Vol 2 :
Vol 3 :
Vol 4 :
Vol 5 :
Vol 6 :
Vol 7 :
Vol 8 :
Vol 9 :
Vol 10 :
Vol 11 :
Vol 12 :
Vol 13 :
Vol 14 :
Vol 15 :
Vol 16 :
Vol 17 :
Vol 18 :
Vol 19 :
Vol 20 :
Vol 21 :
Vol 22 :
Vol 23 :
Vol 24 :
Vol 25 :
Vol 26 :
Vol 27 :
Vol 28 :
Vol 29 :
Vol 30 :
Vol 31 :

Mana Mungkin Aku Setia… (B.J. Habibie for Ainun Habibie)

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan
bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang,
sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,
hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,
pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada.
“Aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.”
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,
tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta,
sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
Selamat jalan, calon bidadari surgaku …